di sudut kafe itu
kita bercerita tentang negeri yang tak seharusnya
barangkali memang tak seharusnya pernah ada
negerimu, negerinya, dia, dan mereka
atau siapa saja
barisan yang berujung luka
lalu aku, kata sebaris sajak itu
seperti lukamu, lukaku, luka siapa saja
tapi sejarah tak pernah bisa ditulis dengan kata ‘seandainya’
kita tau, en, terkadang memang tak ada cara untuk membendung sungai
dan kita terkejut, tertegun, dan tertawa
mendengar kisah yang serupa meski tak sama
sampai waktu pun tiba
seperti ketika kau luluh dan berujung pada merah darah di tanganmu
kita takkan pernah tau, en
adakah sungai yang lain akan bermuara ke samudera yang berbeda?
barangkali iya jawabnya
setiap mata punya ceritanya sendiri
seperti matamu yang tersenyum malam itu
(September 2012)