Dari Segala Penjuru

Kau tau, saat-saat seperti ini selalu datang menyerbu dari segala penjuru, menghambur tanpa permisi, tanpa pernah memberimu kesempatan untuk bersiap diri atau mengendapkan semuanya jadi intisari dalam bilik sanubari. Ini memang bukan kali pertama kau mengalaminya. Dan sepertinya takkan pula jadi kali yang terakhir.

Inilah saat-saat di mana banyak kejadian, peristiwa yang kau lihat, dengar, alami, dan rasakan, datang dan pergi silih berganti dalam rentang waktu yang singkat, pendek. Semua berjejalan berebut tempat di kepala dan hatimu, sampai ke sudut jiwa yang terdalam, menekan urat syaraf kesadaran. Dan kau hampir tak bisa berbuat apa-apa. Terdiam tanpa kata dengan banyak kata berterbangan di kepala. Sadar-tak sadar. Nyata-tak nyata. Adakah bedanya? Betapa tragisnya. Tak kurang seorang Charlie Chaplin pernah bersabda, “dalam close-up,” katanya, “hidup adalah tragedi. Tapi dalam long-shot, hidup adalah komedi.” Betapa ironi.

Dan ini lagi, “semua dapat tempat, semua layak dicatat,” kata Chairil. Tapi kau pun tau, tak semua kejadian di bawah kolong langit ini bisa dicatat dan dituliskan dengan kata. Tak semua peristiwa berjodoh dengan kata. Selalu ada hal-hal yang luput dari sergapan kata. Seperti kata-katamu selalu, “Kehidupan terlalu kaya untuk dilukiskan dengan kata-kata.” Terlebih lagi kematian dengan segala jenis dan bentuknya.

Kemarin, esok, hari ini..apa arti waktu sebenarnya..?

(Jakarta, 1 Juni 2010, 02:33 WIB)

I believe in nothing..

I believe in nothing
Not the end and not the start
I believe in nothing
Not the earth and not the stars
I believe in nothing
Not the day and not the dark
I believe in nothing
But the beating of our hearts
I believe in nothing
One hundred suns until we part
I believe in nothing
Not in satan, not in god
I believe in nothing
Not in peace and not in war
I believe in nothing
But the truth of who we are

(100 Suns, 30 Seconds to Mars)